
Pertemuan antara Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia (PB PGI) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Jakarta Golf Club (28/11) menjadi momentum penting dengan diluncurkannya “Akademi Golf Indonesia” sebagai program strategis baru. Inisiatif ini bertujuan membangun jalur pembinaan golf dari level dasar hingga amatir — membuka akses bagi generasi muda untuk mengenal dan belajar golf secara serius, daripada golf hanya dianggap sebagai olahraga eksklusif tingkat atas. Dengan demikian, akademi ini diharapkan mampu memperluas basis pemain golf amatir di Indonesia, sekaligus memperkuat fondasi untuk pembinaan jangka panjang.
Menurut Ketua Umum PB PGI, Japto Soerjosoemarno, peluncuran akademi ini sejalan dengan visi organisasi untuk “membangun masa depan golf Indonesia yang gemilang.” PB PGI memang berkomitmen pada pembinaan berkelanjutan serta standar profesional — baik dalam aspek kompetisi maupun kualitas pelatih. Melalui akademi, diharapkan tidak sekadar melahirkan pegolf baru, tetapi juga menciptakan pelatih yang tersertifikasi resmi dan kompeten, sehingga pembinaan dilakukan secara sistematis dan terstandar.
“Golf amatir, pengurus, pelatih, dan lapangan ini memiiki keterikatan. Oleh sebab itu, perlu akademi golf yang dapat menghasilkan para atlet dengan tingkat keahlian di level yang setara. Para pelatih juga perlu mendapat sertifikat untuk menghasilkan para pemain yang level kemampuan dasarnya sama,” ungkap Ketua Umum PB PGI, Japto Soerjosoemarno.
Sebagai bagian dari strategi kolaboratif, PB PGI pun akan menggandeng APLGI — asosiasi yang menaungi pemilik dan operator lapangan golf di Indonesia. Lewat kerja sama ini, program akademi dapat memanfaatkan infrastruktur lapangan golf anggota APLGI untuk menyediakan waktu latihan gratis atau terjangkau bagi talenta muda. Ini menjadi dukungan nyata agar pembinaan golf tidak terkendala biaya atau akses lapangan — salah satu tantangan besar bagi pengembangan olahraga golf di kalangan pemula dan amatir.
Ke depan, PB PGI berharap bahwa keberadaan akademi golf UNJ, bersama lembaga pendidikan tinggi lain seperti President University dan sekolah-sekolah golf lainnya, dapat menciptakan sinergi kuat dalam ekosistem pembinaan golf nasional. Dengan kolaborasi antar institusi pendidikan, asosiasi golf, dan pemilik lapangan, diharapkan muncul jalur pengembangan golf yang lebih inklusif, terstruktur, dan berkesinambungan — membuka jalan bagi munculnya atlet-atlet golf berbakat dari berbagai latar belakang.






